Fisik Malaikat Menurut Al-Qur'an dan Hadits
Allah SWT telah memberitahukan tentang ciri-ciri malaikat-Nya. Salah satunya malaikat penjaga neraka yang disebut kasar, keras, namun tidak mendurhakai terhadap apa yang diperintahkan Allah SWT kepadanya. Dia berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ٦
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim: 6)
Sementara itu, Rasulullah SAW sendiri pernah menceritakan perihal fisik malaikat sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, dia berkata, "Rasulullah SAW pernah melihat Jibril dalam wujud aslinya. Jibril memiliki enam ratus sayap dan setiap satu sayap mampu menutup cakrawala." (HR Ahmad. Ibnu Katsir dalam Al Bidayah mengatakan sanad hadits ini jayyid.)
Disebutkan dalam riwayat lain, Rasulullah SAW menceritakan tentang Jibril bahwa besar tubuhnya menutupi antara langit dan bumi. Hal ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.
Malaikat Pertama yang Diciptakan Allah
Malaikat pertama yang diciptakan Allah SWT adalah Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail (Malaikat Maut). Hal ini dikatakan Imam As-Suyuthi dalam Kitab Al-Haba'ik fi Akhbar Al-Mala'ik dan diterjemahkan oleh Misbahul Munir.
Imam As-Suyuthi menukil riwayat dari Wahab, keempat malaikat tersebut akan menjadi makhluk yang terakhir dimatikan Allah SWT serta makhluk yang pertama kali dihidupkan kembali oleh Allah SWT.
Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail bertugas memimpin urusan dunia. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, Abu Asy-Syaikh dalam Kitab Al-'Azhamah, dan Al Baihaqi dalam Kitab Syu'ab Al-Iman dari Ibnu Sabith yang mengatakan,
"Urusan dunia ini diatur oleh empat malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Malaikat Maut (Izrail), dan Israfil. Jibril ditugasi mengatur angin dan bala tentara. Mikail ditugasi mengatur tetesan air hujan dan tumbuh-tumbuhan. Malaikat Maut ditugasi untuk mencabut nyawa, sedangkan Israfil turun membawa perintah dan urusan kepada mereka."
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa malaikat pertama pertama yang diciptakan Allah SWT adalah Malaikat Israfil. Pendapat ini dikatakan Idik Saeful Bahri dalam buku Konsep Mayoritas Ahlussunnah Wal Jamaah dengan mengacu pada Kitab Daqoiqul Akhbar.
"Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa Malaikat Israfil adalah malaikat pertama yang diciptakan oleh Allah. Penulis mendapatkan informasi ini dari Kitab Daqoiqul Akhbar, tapi penulis belum mengkajinya lebih dalam," ucapnya.
Nama Malaikat dan Tugasnya
Ada 10 nama malaikat yang wajib kita imani. Merangkum berita detikHikmah, berikut nama-nama malaikat dan tugasnya:
Selain menjalankan tugasnya, para malaikat selalu bertasbih kepada Tuhannya dan beriman kepada-Nya. Dalam surah Al Mu'min ayat 7 Allah SWT berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهٗ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُوْنَ بِهٖ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۚ رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَّعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوْا وَاتَّبَعُوْا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِ ٧
Artinya: "(Para malaikat) yang memikul ʻArasy dan yang berada di sekelilingnya selalu bertasbih dengan memuji Tuhannya, beriman kepada-Nya, dan memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman. (Mereka berkata,) "Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu. Maka, berikanlah ampunan kepada orang-orang yang bertobat serta mengikuti jalan-Mu dan lindungilah mereka dari azab (neraka) Jahim."
Salah satu rukun iman yang dinyatakan dalam Al Quran adalah mengimani malaikat. Artinya umat muslim juga wajib meyakini keberadaan malaikat beserta proses penciptaannya.
Malaikat merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang diberikan misi tertentu dalam mengatur urusan di langit maupun di bumi. Sebab menurut bahasa, malaikat berasal dari bentuk jamak dari kata malak yang berasal dari mashdar al-alukah yang berarti ar-risalah (misi atau pesan).
Sementara itu, secara istilah malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah yang diciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta mengerjakan semua tugas-tugasnya. Hal ini pula yang menjadikan penciptaan antara manusia dan malaikat berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar dalam buku yang bertajuk Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah binti Abi Bakar, Rasulullah SAW pernah menceritakan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ ». (رواه مسلم)
Artinya: "Malaikat itu diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian." (HR. Muslim).
Berdasarkan hadits di atas, kita hanya sebatas mengetahui bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Sebab itulah kajian lebih lanjut terkait cahaya apa yang menjadi asal penciptaan malaikat tidak dapat dilakukan.
Menurut buku Mengundang Malaikat ke Rumah yang ditulis oleh Mahmud asy-Syafrowi, karena malaikat diciptakan dari cahaya maka malaikat pun mewarisi sifat-sifat cahaya di antaranya adalah malaikat tidak dapat terlihat dan mampu bergerak secepat cahaya.
Adapun mengenai ciri-ciri yang menyertai malaikat, Cendekiawan muslim Quraish Shihab dalam bukunya bertajuk 'Malaikat dalam al-Qur'an: Yang Halus dan Tak Terlihat', menyebut, malaikat tidak berjenis kelamin dan tidak melakukan dosa.
Berikut ini ciri-ciri malaikat lainnya yang dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber.
1. Berukuran Sangat Besar
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Melansir dari buku Keseimbangan Matematika Dalam Al Qur'an yang ditulis oleh Abah Salma Alif Sampayya, dalam riwayat lain disebutkan bahwa besarnya malaikat Jibril disetarakan dengan semua bintang-bintang di langit berada di antara dua alis mata malaikat Jibril.
Riwayat lain juga menceritakan tentang besarnya ukuran malaikat. Abu Dawud meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah bersabda:
"Aku diizinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat penyangga Arsy. Jarak antara daun telinga dan pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun." (HR. Abu Dawud)
Malaikat juga diketahui memiliki sayap sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya. Ada yang mempunyai dua sayap, ada yang tiga atau empat sayap, bahkan ada yang lebih banyak lagi.
Hal ini tercantum dalam QS. Faathir ayat 1 yang berbunyi:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: "Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Faathir: 1).
Masih mengutip dari buku yang sama, bunyi riwayat lain yang menyebutkan tentang sayap yang dimiliki malaikat berjumlah 600 sayap adalah sebagai berikut:
"Dari Ibnu Mas'ud RA berkenaan firman Allah yang artinya: "Maka Tuhan mewahyukan kepada hamba-Nya apa yang diwahyukan-Nya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain." (QS. An-Najm: 10) Ibnu Mas'ud berkata: "Rasulullah pernah melihat Jibril dalam wujud aslinya. Jibril memiliki enam ratus sayap dan setiap satu sayap mampu menutupi cakrawala." (HR. Imam Ahmad).
Quraish Shihab dalam buku yang sama mengatakan jumlah malaikat sungguh banyak dan terhitung jumlahnya. Namun jumlah malaikat yang wajib diimani oleh umat muslim adalah 10 malaikat yaitu, Jibril, Mikail, Israfil, Izrafil, Munkar, Nakir, Raqib, Atid, Malik, dan Ridwan.
Dari sepuluh malaikat tersebut, hanya satu malaikat yang pernah dilihat oleh Nabi Muhammad dalam bentuk rupa aslinya, yaitu malaikat Jibril saat Isra' Mi'raj di Gua Hira. Hal ini pun diceritakan dalam firman Allah Quran Surat At Takwir ayat 23:
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
Artinya: "Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang." (QS. At Takwir: 23)
Itulah penjelasan mengenai asal penciptaan malaikat dari cahaya dan ciri-cirinya. Semoga bermanfaat!
Allah SWT menciptakan malaikat lebih dulu sebelum penciptaan Nabi Adam AS. Ada empat malaikat yang pertama diciptakan Allah SWT. Keempatnya bertugas memimpin urusan dunia.
Proses penciptaan malaikat ini termuat dalam Al-Qur'an dan sejumlah hadits. Disebutkan dalam 'Alam al-Mala'ikah al-Abrar & Alam al-Jinn wa asy-Syayathin karya Umar Sulaiman al-Asyqar dan diterjemahkan oleh Kaserun AS Rahman, ada sebuah hadits yang menyebut malaikat diciptakan dari cahaya.
Hadits ini diriwayatkan dari Aisyah RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ ». (رواه مسلم)
Artinya: "Malaikat itu diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian." (HR Muslim)
Belum ditemukan dalil shahih yang menjelaskan secara pasti kapan malaikat diciptakan. Menurut Umar Sulaiman al-Asyqar, peristiwa ini terjadi sebelum penciptaan manusia pertama atau Nabi Adam AS. Pendapat ini diperkuat dengan firman Allah SWT,
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'." (QS Al Baqarah: 30)
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT bermusyawarah dengan para malaikat tentang penciptaan Adam AS. Ini merupakan pendapat dari As-Saddi yang turut diriwayatkan oleh Qatadah.
Proses Penciptaan Malaikat dari Cahaya
Proses penciptaan malaikat ini dijelaskan dalam Al-Qur'an dan beberapa hadits. Umar Sulaiman al-Asyqar mengatakan dalam 'Alam al-Mala'ikah al-Abrar & Alam al-Jinn wa asy-Syayathin yang diterjemahkan oleh Kaserun AS Rahman, Rasulullah SAW memberitahukan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya.
Dari Aisyah RA dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ ». (رواه مسلم)
Artinya: "Malaikat itu diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian." (HR. Muslim)
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW tidak menjelaskan cahaya apakah yang menjadi asal penciptaan malaikat.
Umar Sulaiman al-Asyqar menjelaskan, belum ada dalil shahih yang menjelaskan secara pasti kapan malaikat diciptakan. Sebab, Allah SWT tidak memberitahukan tentang hal ini. Merujuk pada pendapat yang ada saat ini, malaikat diciptakan lebih dulu sebelum Nabi Adam AS.
"Akan tetapi, kita tahu bahwa penciptaan mereka (malaikat) lebih dahulu dibandingkan dengan penciptaan Adam AS, bapak manusia. Hal itu karena Allah menggambarkan pada para malaikat bahwa Dia akan mengangkat seorang khalifah di atas bumi," kata Umar Sulaiman al-Asyqar.
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'." (QS Al Baqarah: 30)
Khalifah yang dimaksud pada ayat tersebut adalah Adam AS. Selanjutnya, Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam AS setelah Dia menciptakannya. Sebagaimana firman-Nya:
فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ ٢٩
Artinya: "Maka, apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)-nya dan telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS Al Hijr: 29)
Mukallaf itu memiliki kemampuan dan kehendak serta pilihan. Baik dari kalangan manusia atau kalangan jin. Dengan kemampuan dan kehendak ini, ia dapat beriman dan juga dapat kafir. Melaksanakan ketaatan atau maksiat. Sebagaimana Alla Ta’ala berfirman,
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا
“Dan katakanlah, ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.’ Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.” (QS. Al-Kahfi : 29).
Allah Ta’ala juga berfirman,
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (2) إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan : 2-3).
Tatkala mukallaf memiliki kemampuan dan pilihan, maka ia diberikan pahala atas amal-amal perbuatannya. Apabila perbuatannya baik, baik pula balasannya. Jika perbuatannya buruk, buruk juga balasannya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidaklah menganiaya hamba-hamba-Nya.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah : 7-8).
Seandainya manusia itu terpaksa atas perbuatan-perbuatannya, maka disiksanya dia karena melakukan suatu perbuatan adalah bentuk kezaliman terhadap dirinya. Pastinya Allah Mahasuci atas hal ini.
Semua manusia merasakan pilihan seperti ini. Maka tidak ada seorang pun yang memaksanya untuk melaksanakan shalat atau mendatangi masjid. Seperti halnya tidak ada seorang pun yang memaksanya untuk melakukan yang haram atau mendatangi yang halal.
Apabila Allah Ta’ala adalah Sang Pencipta, maka tidaklah heran jika Allah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh hamba-hamba-Nya dan bagaimana kesudahannya; bahagia ataukah sengsara. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengetahuinya dan menuliskannya di Lauh Mahfuzh di sisi-Nya, serta memeritahkan malaikat untuk menuliskan hal itu pada saat janin berada dalam rahim ibunya.
Akan tetapi pengetahuan yang azali ini dirahasiakan dari manusia. Ia tidak merasakannya dan tidak memaksanya untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Tidak ada hal apapun bagi hamba kecuali melakukan perbuatan dan dia akan diberi balasan atas perbuatannya. Seperti seorang murid yang diberikan buku untuk dipelajarinya dan diujikan. Jika ia bersungguh-sungguh, maka ia lulus. Apabila ia mengabaikan, ia akan gagal. Jika gurunya mengetahui nilai yang akan diraihnya, itu karena ia mengetahui si murid dan juga mengetahui betul akan keadaannya.
Ini hanyalah contoh untuk mendekatkan permasalahan pada pemahaman. Allah memiliki contoh yang ideal. Allah adalah Pencipta manusia. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Keadaan Allah dibanding dengan hamba yang diciptakan-Nya lebih dari itu dan lebih agung.
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk : 14).
Allah Azza wa Jalla menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ibrahim : 4).
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl : 93).
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf : 178).
Hidayah (petunjuk) Allah ada dua macam, umum dan khusus. Hidayah umum adalah memberikan petunjuk, arahan dan penjelasan pada kebenaran, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Fushilat : 17).
Artinya, Kami jelaskan kepada mereka jalan kebenaran. Allah Azza wa Jalla juga berfirman,
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan : 3).
Sementara hidayah khusus adalah hidayah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, yaitu hidayah berupa taufik, pertolongan dan panduan. Ayat yang menyinggung masalah itu adalah firman Allah Ta’ala,
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, ‘Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an).’ Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (QS. Al-An’am : 90).
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحاً مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الْأِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُوراً نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. As-Syura : 52).
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut : 69).
Dan juga firman Allah,
وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“…tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hujurat : 7-8).
Sedangkan Idhlal (penyesatan) adalah meninggalkan hamba dan urusannya dan tidak memberikan sebab-sebab pertolongan dan taufik kepadanya.
At-Thahawi Rahimahullah mengatakan dalam kitab akidahnya yang terkenal, “Allah memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, menjaga dan memberikan ampunan sebagai bentuk kemurahan-Nya, dan menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya, menelantarkan dan memberikan musibah sebagai bentuk keadilan-Nya. Semua berputar di sekitar kehendak-Nya antara kemurahan dan keadilan-Nya.”
Taufik menurut Ahlussunah wal Jamaah adalah pemberian pertolongan dan panduan serta kemudahan urusan dari Allah kepada hamba-Nya. Sedangkan Al-Khidzlan adalah Allah meninggalkan hamba-Nya dan urusannya tanpa diberikan panduan dan pertolongan.
Maka tidak dikatakan, “Mengapa aku memberikan ini, dan dia tidak memberikan ini!?
Taufik adalah anugerah, sedangkan Khidzlan adalah keadilan. Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai. Bukan hanya karena kekuasaan pemaksaan-Nya, akana tetapi karena kesempurnaan pengetahuan, kekuasaan, kasih sayang, dan hikmah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hakim yang paling adil, Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Allah lebih sayang kepada hamba-Nya daripada seorang ibu yang menyayangi anaknya. Allah memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan.” (Fatawa Syaikhul Islam, 8/79).
Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih mengetahui siapa yang berhak mendapatkan kemurahannya dan siapa yang tidak berhak. Sebagaimana firman-Nya,
وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“… tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash : 56).
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, ‘Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?’ (Allah berfirman), ‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (QS. Al-An’am : 53).
Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah menjelaskan masalah yang penting ini, “Apabila urusannya kembali kepada kehendak Allah Tabaraka wa Ta’ala, dan semua urusan berada di tangan-Nya, lalu bagaimanakah jalan yang ditempuh oleh manusia. Apakah upaya manusia, jika Allah Ta’ala sudah mentakdirkannya tersesat atau mendapat petunjuk?
Maka kami katakan bahwa jawaban tentang hal itu adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala tak lain hanya memberikan petunjuk kepada manusia yang layak mendapatkan petunjuk, dan menyesatkan manusia yang berhak mendapatkan kesesatan. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (QS. As-Shaf : 5).
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظّاً مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya.” (QS. Al-Maidah : 13).
Allah Tabaraka wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya penyebab Dia menyesatkan orang-orang yang tersesat tak lain disebabkan oleh hamba itu sendiri. Hamba tidak mengerti apa yang ditakdirkan kepadanya. Manusia tidak mengetahui takdir, kecuali setelah apa yang ditakdirkan itu terjadi. Dia tidak mengetahui apakah takdir Allah untuk dirinya dia termasuk orang yang tersesat atau orang yang mendapat petunjuk.
Lalu bagaimana orang yang berjalan di jalur kesesatan, kemudian ia berargumen bahwa Allah telah menghendaki hal itu!
Tidakkah dia meniti jalan petunjuk, kemudian mengatakan, “Sesungguhnya Allah Ta’ala teleh memberiku petunjuk pada jalan yang lurus.” (Risalah fil Qadha’ wal Qadar, hal. 14). Untuk melihat perkataan beliau secara lengkap, lihat jawaban dari pertanyaan no. 220690 .
Kesimpulannya adalah :
1. Mukallaf memiliki kebebasan dan pilihan. Ia dapat melaksanakan ketaatan atau kemaksiatan dengan pilihannya sendiri. Dia akan diberikan balasan atas perbuatan itu.
2. Allah mengetahui tempat kembali hamba-Nya. Dia telah menuliskan hal itu di sisi-Nya.
3. Allah akan memandu hamba-Nya yang beriman dan menolongnya. Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapatkan panduan dan pertolongan-Nya.
4. Allah akan menelantarkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan tidak memberikan panduan dan pertolongan padanya. Panduan Allah adalah anugerah, sedangkan penelantaran-Nya adalah keadilan.
5. Hamba yang mendapatkan taufik adalah orang yang memohon panduan dan pertolongan kepada Allah, karena tidak ada yang tidak membutuhkan anugerah Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman dalam surah Al-Fatihah,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : 5).
Poros agama terpusat pada dua perkara, yaitu ibadah dan permohonan pertolongan.
6. Hamba yang beriman mengakui anugerah Allah Ta’ala, mengetahui nikmat-Nya pada dirinya, menisbatkan setiap kebaikan dan taufik kepada Allah, sebagaimana Allah menyebutkan tentang penghuni surga bahwa mereka mengatakan,
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran.’ Dan diserukan kepada mereka, ‘ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.’” (QS. Al-A’raf : 43).
Renungkanlah, bagaimana ayat Al-Qur’an yang mulia ini menghimpun antara kemurahan Allah serta petunjuk-Nya dan keadaan surga yang diwariskan dengan amal perbuatan.
Tinggalkanlah was-was. Sibukkanlah diri Anda dengan sesuatu yang bermanfaat. Sesungguhnya dunia ini adalah negeri untuk beramal dan menanam. Esok adalah negeri untuk menerima balasan dan memanen. Sesungguhnya penghuni surga akan meratapi saat-saat mereka tidak mengingat Allah di dunia. Bersungguh-sungguhlah dalam meraih keutamaan Allah, menunaikan kewajiban, berlomba-lomba dalam meraih derajat yang tinggi, mintalah kepada Allah agar Dia menerima amal perbuatan, memberikan taufik dan pertolongan-Nya.
Adapun setan, ia senantiasa berusaha untuk menyesatkan manusia. Setan tidak akan memiliki jalan untuk menggoda hamba-hamba Allah yang ikhlas, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (98) إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (99) إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Apabila kamu membaca Al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. An-Nahl : 98-100).
Pada hari Kiamat setan berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan menjelaskan kepada mereka bahwa ia tidak memiliki kekuasaan terhadap mereka. Namun, ia hanya menyeru mereka, kemudian mereka meresponnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim: 22).
Kami memohon taufik dan panduan serta bimbingan kepada Allah untuk kita dan Anda.
Malaikat adalah makhluk yang diciptakan dari cahaya, mereka senantiasa taat, tunduk, dan merendahkan diri kepada Allah secara sempurna. Foto ilustrasi/ist
tentu menarik untuk dikaji. Siapa dan bagaimana makhluk yang diciptakan Allah SWT sebelum manusia ini? Dalam pandangan Islam, malaikat termasuk makhluk ghaib yang keberadaannya harus diimani. Tidak beriman seseorang jika tidak percaya adanya malaikat, sebab para malaikat adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibebani untuk melaksanakan ibadah. Dan mereka senantiasa taat, tunduk, dan merendahkan diri kepada Allah secara sempurna.
tidak pernah melanggar perintah -Nya serta mengerjakan segala apa yang diperintahkan oleh -Nya. Dalam Fathul Bari dan pembahasanya dalam Alamul Malaikah karya Syaikh Umar al-Asyqar dan Khatibul Minbariyah D. Abdul Muhsin al-Qosim, disebutkan bahwa malaikat mempunyai jasad, sebagiannya ada yang memiliki dua sayap, ada yang tiga sayap dan empat bahkan ada yang lebih banyak lagi dari itu. Ini sebagai sanggahan bagi orang yang mengira bahwa malaikat hanya sekedar ruh.
adalah makhluk yang diciptakan dari cahaya, sebagaimana yang telah dikabarkan dalam sebuah hadis yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Malaikat (adalah makhluk yang) diciptakan dari cahaya, sedang jin itu diciptakan dari api neraka yang menyala-nyala, adapun Adam diciptakan dengan apa yang kalian disifati“. (HR Muslim)
Tentang fisik malaikat yang mempunyai sayap, hal ini diterangkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al Qur'an :
اَ لْحَمْدُ لِلّٰهِ فَا طِرِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ جَا عِلِ الْمَلٰٓئِكَةِ رُسُلًا اُولِيْۤ اَجْنِحَةٍ مَّثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۗ يَزِيْدُ فِى الْخَـلْقِ مَا يَشَآءُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan Bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fatir : 1)
Dalam hadis dijelaskan, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril yang mempunyai enam ratus sayap.
Mereka (Jibril dan malaikat lainnya) adalah makhluk yang tidak makan dan minum, tidak pernah merasa bosan dan capai. Mereka berdiri beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta taat kepada-Nya, selalu terikat dengan perintah-perintah -Nya tanpa diiringi rasa bosan dan malas. Sehingga tidak mungkin mereka disamai oleh manusia dalam hal ibadah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, bahwa mereka (malaikat) berada di sisi Allah bertasbih kepada- Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu." Artinya mereka tidak pernah merasa bosan. (Fushshilat : 38)
Dalam Syarh As-Sunnah dijelaskan bahwa para malaikat diberi nama dan ada tugasnya. Pertama, Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu kepada para Rasul-Nya yang turun dari sisi Allah. Kedua: Mikail ditugaskan mengurus hujan dan tumbuhan bumi, Ketiga: Israfil ditugaskan meniup sangkakala. Lalu ada Malaikat Maut yang mencabut nyawa, menjaga neraka dan surga, dan banyak lagi.
Tentang tiga malaikat yaitu Jibril, Mikail, dan Israfil disebutkan dalam doa iftitah(istiftah) saat salat malam :
“Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum untuk memutuskan apa yang mereka pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizin dari-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.).” (HR. Muslim)
Dikatakan bahwa Rasulullah pernah melihat wujud asli malaikat Jibril. Dari Ibnu Mas’udradhiyalahu ‘anhu :
“Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallammelihat Jibril (dalam wujud aslinya). Ia memiliki 600 sayap yang menutupi langit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibunda Aisyahradhiyallahu ‘anhapernah bertanya kepada kekasihnya, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallamtentang dua ayat di dalam Alquran. Yakni ayat : “Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” (QS. At-Takwir: 23). Dan ayat : “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15).
Rasulullahshallalahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
“Itulah Jibril yang tidak pernah kulihat ia dalam wujud aslinya. Kecuali pada dua kesempatan itu saja. Aku melihatnya turun dari langit, dimana tubuhnya yang besar memenuhi ruang antara langit dan bumi.” (HR. Muslim).
Ada lagi para malaikat yang bertugas keliling dimuka bumi guna mencari majelis dzikir. Demikian pula ada malaikat yang bertugas mencatat amal perbuatan manusia. Sebagaimana diterangkan oleh Allah Ta’ala didalam firman -Nya :
وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَٰفِظِينَ – كِرَامٗا كَٰتِبِينَ – يَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُونَ [ الإنفطار: 10-12]
Allah SWT menciptakan makhluk-Nya dengan berbagai bentuk dan sifat. Makhluk Allah SWT yang gaib, terbuat dari nur atau cahaya, dengan wujud atau sifat-sifat tertentu adalah malaikat.
Dalam surah Fatir ayat 1 Allah SWT berfirman:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ جَاعِلِ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًاۙ اُولِيْٓ اَجْنِحَةٍ مَّثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَۗ يَزِيْدُ فِى الْخَلْقِ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ١
Artinya: "Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap. Masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Dia menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."